Tuhan
Raja di dalam hidupku
1
Samuel 8
Rosalia
Fransika Sari
Setelah
Samuel tua, Samuel mengangkat kedua anaknya
menjadi hakim atas bangsa Israel. Nama kedua anaknya adalah Yoel dan
Abia. Keduanya menjadi hakim di bersyeba. Hakim adalah (bahasa Ibrani: שופטים shôphatîm atau shoftim)
pada zaman Israel kuno adalah istilah untuk pemimpin bangsa Israel. Seorang
hakim adalah "penguasa atau pemimpin militer, sekaligus orang yang
memimpin pengadilan hukum. Tugasnya dalah rmengadili. Namun berbeda dengan yang
dilakukan oleh anak-anak Samuel. Yang dilakukan anak-anak Samuel sebagi seorang
hakim adalah memutar balikkan fakta atau kebenaran yang sesungguhnya. Dia mau
menerima suap untuk membenarkan suatu perkara. Mengjar keuntungan atau laba.
Sikap kedua anak Samuel sama seperti anak-anak Eli. Mungkin orang tua mereka sibuk dengan
pelayanannya, sehingga tidak memperhatikan tingkah laku anaknya. Perbedaannya
adalah anak eli mementingkan kenikmatan perut sedangkan anak dari Samuel
mementingkan isi kantong walupun dengan cara-cara yang kotor.
Sebenarnya
hakim dipilih bukan berdasarkan keturunan, pemilihannya bersifat karismatik.
Dipilih secara langsung oleh Allah menurut kehendaknya. namun Samuel menjadi
imam mereka tidak taat dengan mengangkat anak mereka menjadi imam. sangatlah jelas
terjadi nepotisme, mementingkan sanak saudara untuk menduduki suatu jabatan
tertentu. . Samuel melakukan kesalahan yang telah dilakukan oleh Eli.
Sebenarnya Samuel dan Eli tahu peraturan untuk memilih seorang hakim namun mereka
melanggarnya, dan mereka pun menerima akibatnya.apa yang dapat kita pelajari
dalam poin ini?
Kita harus belajar dari
kesalahan orang lain, belajar dari kekurangan orang lain, agar kita tidak
melakukan hal yang sama. Jikalau kelak Tuhan mengizinkan kita melayani tetap
perhatikan keluarga, jangan sibuk dengan pelayanan kita tanpa memperhatikan
anak-anak kita. Bukan seperti istilah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, iya
jikalau tempat tumbuh pohon tersebut datar mungkin buah akan tumbuh dekat dan
tidak jauh, namun jika pohon tersebut berada di tanah yang miring, jurang, dan
sungai maka akan tumbuh jauh dari pohonnya. Anak seorang yang beriman tidak menjamin anak
tersebut baik, namun ia harus menentukan pilihannya sendiri. Ketidak adilan
sudah terjadi sejak dahulu, jikalau kita mengerti yang benar namun kita
menyembunyikannya, malah kita memutar balikkan kebenaran, lalu apakah yang
membedakan kita dengan anak-anak Samuel?
Setelah anak Samuel memerintah sebagai hakim
atas orang Israel, dan tua-tua Israel melihat akan keburukan yang dilakukan
oleh mereka. Hal ini dijadikan alasan bagi tua-tua Israel dan orang Israel
untuk meminta seorang raja yang memerintah atas mereka. Karena mereka tidak
mendapat ketentraman, Israel jatuh bagun dalam masalah hak karena telah diputar
balikan oleh anak-anak Samuel. Di tambah
lagi alas an Israel jatuh bangun karena tidak ada pemimpin yang tetap dan
menghadapi tekanan dari orang filistin (Pada waktu itu bangsa Israel mengahapi ancaman agresi
militer dari bangsa Filistin yang berusahan memperluas daerah kekuasaan.
Keadaan itu memungkinkan bagi bangsa filistin karena mereka sedikit lebih maju
dari bangsa Israel. Falistin yang sudah memiliki pasukan militer dan sudah
terorganisasi dengan baik membuat serangan-serangan mereka benar-benar telah
diperhitungkan sesuai dengan strategi perang pada zamannya .Dalam menghadapi
krisisi politik pada waktu itu, maka muncullah keinginan umat Israel akan
keberadaan seorang raja yang mampu menggorganisie uamt dalam menghadapi
tantangan dari musuh). Jatuh bangun dan kekalahan yang
mereka alami bukan karena ketidak mampuan Hakim yang memerintah bangsa Israel
namun akibat dari dosa-dosa orang Israel itu sendiri. Tua-tua berfikir jikalau
ada raja yang memerintah maka tidak akan mengalami jatuh bangun. Orang Israel
ingin mereka seperti bangsa lain (ayat
5)yang memiliki pemimpin yaitu raja seperti edom, Moab dan Amon. Keinginan
mereka seperti bangsa lain adalah penyelewengan, penolakan terhadap Tuhan.
Mereka lupa bahwa mereka ada bangsa yang istemewa yang dikepalai dan di rajai
oleh Allah sendiri yang memerintah mereka dengan perantara nabi, imam dan hakim
pada saat itu.
Samuel sangat kesal
dengan rengekan bangsa isrel yang tida henti, yang selalu menuntut dan menuntut
. Mereka tidak menanyakan kehendak
Tuhan tatapi mereka mengukuti apa yang
menjadi kata hati mereka sendiri. Bukannya sama hal nya dengan kita, kita ingin
sesuatu namun kita tidak menanyakan dulu kepada Tuhan apakah ini kehendak Tuhan
atau bukan. Bukan hanya sekali saja mereka meminta raja namun dulu pernah
terjadi, bangsa Israel ingin jika Gideon memerintah sebagi raja, serta
keturunannya mereka beranggapan bahwa dia (Gideon) telah menyelamatkan mereka
dari tangan orang Midian. Namun Gideon pun juga menegaskan bahawa bukan Gideon
yang akan menyelamatkan, dan yang memerintah orang Israel tetapi ALLAH sendiri
(Hakim-hakim 8:22-23.) Satu hal yang harus kita ingat bahwa Tuhan selalu akan
selalu memberikan yang terbaik buat kita. Kehendak Tuahan adalah kehendak yang terbaik
untuk kita. Tuhan tidak akan memberikan batu jika kita meminta roti, tidak akan
memberikan ular jika kita meminta ikan. Ia akan memberikan yang terbaik kepada
mereka yang meminta kepada Nya (Matius 7:7-11). Masalah meminta raja sebenarnya
tidak salah tapi yang menjadi kesalahan adalah motifasi mereka yang salah.
Yaitu ingin mengantikan Allah sebagi raja menjadi manusia yang menjadi raja
atas israel.
Sebelum Allah
mengabulkan atau menjawab doa mereka, Tuhan menyuruh Samuel untuk
memperingtakan bangsa Israel akan konsekuensi yang akan mereka alami dan
rasakan. Bukan hal yang mudah yang akan mereka alami, anak laki-alaki akan
dipekerjakan dan akan berlari mendahului kereta perang, kita dapat membayangkan
bahwa kereta perang pasti jalanya tidak lambat tetapi cepat, dan anak¬anak
orang Israel harus berlari di depan nya pasti sangat menderita, anak perempuan mereka akan dijadikan juru masak
kerajaan, ladang, kebun akan di ambil oleh raja, hasil kebun diambil yang
terbaik untuk raja, budak yang mereka punya akan diambil, harus member
persepuluhan dari hasil ternak dan yang lebih ngeri adalah mereka yang dahulu
bebas akan menjadi budak raja. Kata lainnya adalah konsekuensi yang akan mereka
alami adalah kehilangan kemerdekaan atas diri sendiri. Sangat menderita bukan
jika kita tidak mau mendengarkan apa yang di katakana Tuhan. Namun yang terjadi adalah bangsa Israel tidak
mengiraukan apa yang dikatakan dan diperingatkan oleh Tuhan melalui Samuel. Hal ini tergenapi
di dalam 1 Raja-raja 12:4. Bahkan Mereka sendiri yang memintanya, mereka merasa
keberatan atas tanggungan itu, mereka menginginkan tanggungan yang mereka
tanggung untuk diringankan, dan mereka mauy menjadi hamba bagi Rehabeam. Namun
vyang terjadi bukannya meringankan beban orang Israel tetapi malah menjadi
sangat berat. Inilah konsekuensi yang mereka tanggung. Bukan hanya itu saja
tetapi kerajaan Israel yang satu pecah menjadi dua yaitu Israel Utara dan
Selatan. Ketidak taatan, ketidak mau mendengarkan apa yang telah difirmankan.
Jika Tuhan menyetujui pengankatan raja, maka hal itu dipandang sebagai hukuman
atas bangsa itu. Namundalam hukumannya Tuhan tidak menghukum habis bangsa
Israel. Melainkan untuk mencapai tujuan Nya yaitu dengan disiplin yang keras.
Tuhan ingin bangsa Israel sadar bahwa, bukan manusia yang seharusnya mereka
andalakan tetapi hanya Tuhan Allah saja yang harus mereka andalkan dalam
kehidupan mereka. Tuhan tidak akan memebebaskan mereka dari apa yang telah
Tuhan peringatkan karena mereka sendiri yang meminta raja dan oleh sebab itu
mereka juga harus menanggung apa yang menjadi konsekuensi keinginan mereka. ini
menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia
Kita belajar dari
bangsa Israel , jika kita tidak mendengarkan apa yang menjadi perintah Tuhan
dan mengabaikannya ada konsekuensi yang akan kita alami, bukan hal yang mudah
untuk melaluinya. Seharusnya jika kita menginginkan sesuatu kita bertanya
kepada Tuhan apakah ini adalah kehendak Tuhan atau kehendak diri kita sendiri.
Inilah puncak dari
penolakan orang Israel. Inilah perubahan ataupun pergantian dari pemerintahan
yang berdasarkan Teokrasi menjadi pemerintahan dengan system Monarki. Bagaimana dengan kita???..............................................................
Seringkali mengantikan
posisi Tuhan di dalam diri kita. Tuhan yang seharusnya menjadi tujuan dari apa
yang kita kerjakan. Kita mengantikan dengan memberikan diri untuk dikuasai
manusia, keinginan nafsu kita, mengantikan posisi Tuhan dengan pacar, uang ,
laptop, hp, ipad dan menjadikan hal-hal tersebut sebagai sentral dari kegiatan
kita, membuat kita tergantung dengan hal-hal tersebut. Seharusnya kita
bergantung hanya kepada Tuhan.
Seringkali kita
memberontak kepada Allah, kita tidak mau mendengar apa yang Ia inginkan , tidak
mematuhi perintahnya dan hidup terus dan terus melakukan dosa. Itu adalah
bentuk pemberontakan kita kepada Allah,
namun karena kasihNya yang besar, mengarunikana anaknya Yang Tunggal yaitu
Yesus Kristus untuk dating kedalam dunia dan hukuman yang searusnya kita hadapi
sebagai konsekuensi dari keinginan dan kepuasan diri kita Dia bayar lunas di
atas kayu salib. Dia mati dan bangkit untuk
menyelamatkan umat yang telah dipilihnya dari semula. Itulah wujud kasih
Allah dalam hidup kita. Jika kita telah mengeser posisi Tuhan di dalam hidup kita, kita mohon
ampun kepada Tuhan. Biarlah kita menjadikan Tuhan sebagi Raja, Pemimpin dan
sentral di dalam setiap aspek kehidupan kita.
Dahulu ketika saya SMA
saya nge-kos dekat dengan sekolah. Alsan utama saya ngekos adalah karena jarak
rumah dengan sekolah lumayan jauh , saya masuk sekolah sif sore dan pulang
malam bisa saja sampai tengah malam. Karena
pagi sampai siang saya tidak ada
kegiatan. Saya ingin mengisi kegiatan dengan menjadi penyiar radio suasta yang
cukup ternama di Blitar. Saya sangat menginginkan menjadi VJ, dengan nama
samara Frisca. 3bulan telah saya lalui menjadi seorang penyiar namun apa yang
terjadi, iya uang ada, bisa belanja sesuka hati tapi saya tidak bisa mengatur
waktu, kualahan dalam belajar, nilai jeblok, suka tidur waktu sekolah, sampai
sering terlambat, spiritual sangat rendah. Suatu ketika saya ditegur oleh oleh
orang tua saya mengenai masalah ini. Inilah konsekuensi yang harus saya rasakan
akibat saya tidak meminta izin kepada orang tua, terlebih lagi tidak bertanya
apakah ini kehendak Tuhan atau keinginan diri sendiri. Saya sangat menyesal
akan hal ini ternya ketenaran, uang yang
saya dapatkan tidak dapat membuat hidup saya menjadi lebih baik namun menjadi
hancur. Namun Tuhan masih memberikan
saya kesempatan lagi, karena saya sekolah di SMK jadi ada pengulangan pelajaran
yang hanya ikut pada waktu ujian-ujian saja. Hampir sama dengan system kampus.
Dan saya dapat mengejar ketinggalan. Ketika kita bersandar pada diri sendiri
maka kita akan hancur, namun ketika mengandalakan Tuhan, Tuhan sendiri akan
memimpin kehidupan kita.
Mengetahui kehendak
Allah adalah hikmat terbesar, menmukan kehendak Allah adah penemuan terbesar
dab nelakukan kehendak Allah adalah prestasi terbesar. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar