Rabu, 08 Oktober 2014

Tanggung Jawab Orang Tua Kristen dalam Pendidikan Seks pada Anak




Tanggung Jawab Orang Tua Kristen dalam Pendidikan Seks pada Anak

Bab I
Pendahuluan
Beberapa orang tua masih beranggapan seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan dan lebih baik menghindari pembicaraan tersebut. Karena orang tua masih beranggapan dengan membicarakan seks seakan-akan orang tua mengajak atau ingin anak-anak melakukannya. Dengan membicarakan seks dengan anak, maka orangtua  membantu anak-anak untuk mengembangkan perilaku seks yang sehat dan mengajarkan pemikiran tentang seks yang bertanggungjawab. Maka dalam paper ini akan membahas apa itu pendidikan seks, pentingnya pendidikan seks, metode pendampingan orang tua dalam menyampaikan pendidikan seks yang benar, waktu yang tepat dalam membicarakannya, dan pandangan biblika yang mendasari pentingnya pendidikan seks pada anak. Setiap usia anak memiliki pengetahuan tersendiri atau batasan pengertian sendiri maka dalam membrikan pengajaran tentang pendidikan seks harus disesuaikan dengan batasan usia. Semoga paper ini dapat menolong orang tua Kristen dalam memberikan pendidikan seks dan mengubah image tabu dalam membicarakan mengenai seks terhadap anak.
  

Bab II
Pembahasan 
 
A.    Definisi

            Menurut wikipedia, Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu/ayah dapat diberikan untuk perempuan/pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini.[1]  Orang tua merupakan perwakilan Allah di dalam keluarga. orangtua hendaknya menjadi pendidik utama bagi anak-anak mereka. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan baik di rumah maupun disekolah.
            Sedangkan yang dimaksud dengan anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Menurut UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2), anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah.[2] WHO menyatakan yang dinamakan anak adalah manusia yang masih berusia 0-19 tahun.  Dalam masa inilah anak mulai mencari tahu apa yang tidak mereka ketahui, salah satunya adalah masalah seks. Sehingga anak perlu adanya pendidikan seks yang benar dan sehat.
            Pendidkan seks pada anak adalah salah satu dari pembentukan karakter pada anak.[3] Pendidikan seks (sex education) merupakan suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi atau yang lebih dikenal dengan sebuatan “sex education” sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak, baik melalui pendidikan formal maupun informal.[4]


B.     Pentingnya Pendampingan Pendidikan Seks pada Anak

Perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata berimbas dengan tingkat kekerasan seksual terhadap anak-anak. Maraknya tayangan media elektronik, seperti televisi, VCD, dan internet yang berbau seks sangat mendominasi lingkungan anak-anak. Akibatnya, jumlah kekerasan seksual terhadap anak-anak (child abuse) kian lama kian bertambah.
Tidak semua orangtua mau bersikap secara terbuka terhadap anak dalam membicarakan permasalahan seksual. Memberikan pendidikan seks kepada anak sejak usia dini akan mendatangkan banyak manfaat selama cara dan materi yang disampaikan tepat.
Berbicara mengenai pentingnya pendidikan seks terhadap anak adalah untuk dapat mencegah mereka dari pelecehan seksual dan juga penyalahgunaan seks. Hal ini merupakan suatu perlindungan bagi anak agar mereka juga tidak terjun dalam dunia seks bebas maupun pergaulan bebas yang dapat merusak moral anak. Orang tua adalah pendidik yang lebih tepat dibandingkan dengan yang lain seperti media, di sekolah, lingkungan ataupun digereja. Pendidikan seks adalah bagian hakiki dari pendidikan biasa.[5]
Dampak jika orangtua tidak mengajarkan pendidikan seks kepada anak maka anak akan mendapatkan informasi dari teman-temannya, dari buku, dari film dan kemungkinan besar mereka tidak mendapatkan gambar menyeluruh mengenai seks itu. Dan bahwa penekanannya seks pada sesuatu yang nikmat belaka tidak ada lagi bobot moral, bobot pernikahan, dan komitmen di dalamnya.[6] Pendidikan Seks adalah Sebuah Pendidikan Holistik yang mengajarkan penerimaan diri, sikap, dan ketrampilan hubungan interpersonal. Pendidikan seks membantu untuk mengolah dan menguatkan pengertian tentang tanggung jawab terhadap orang lain dan pada diri sendiri. Perbedaan yang cukup signifikan pada perjalanan perkembangan anak jika pendidikan seks tidak dilakukan.
Ketika orang tua tidak tidak mau ataupun tidak ampu untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan anak seputar masalah seksualitas, sebaiknya orang tua perlu merasa khawatir, karena anak dengan rasa ingin tahunya akan selalu mencari jawaban atas sesuatu yang ia ingin ketahui secara jelas dan detail. Jika ia mendapatkan jawaban yang jelas dan tepat itu tidak masalah, yang menjadi masalah adalah mendapatkan jawaban dari orang lain yang sebenarnya tidak tahu apa-apa atau bisa dikatakan asal memberikan jawaban atau anak menjadi engan untuk bertanya kepada orang tua dan lebih mencari keterangan ataupu jawaban diluar rumah.[7]

C.    Batasan Usia dan Pendampingan dalam Pendidikan Seks Anak

            Menurut Ritanenny seorang Kepala Dinkes Kota Sukabumi, “Pendidikan seks perlu diberikan sejak anak baru bisa berkata dan berjalan, tetapi harus disesuaikan dengan tingkat daya serap anak.Usia di masa itu merupakan masa berkembangnya otak, sehingga dengan ditanamkan pendidikan seks anak usia dini, bisa mencegah terjadinya kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa"[8] Tidak semua anak memiliki cara ataupun metode yang sama dalam memberikan pendidikan seks, pendampingan atau pendidikan yang diberikan harusnya sesuai dengan tingkat daya serap anak:
1.      Masa Balita-taman kanak-kanak
Pada masa usia ini pertlu pendampingan orang tua secara khusus. Orang tua hendaknya mengajarkan mengenai bagian-bagian tubuh manusia, serta fungsinya. Hal ini di sampaikan agar anak mengerti bagian-bagian tubuhnya. Usia ini dapat dikategorikan sebagai usia emas atau golden age. Kenalkan, ini hidung, ini tangan, ini payudara. Jelaskan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Allah berbeda, masing-masing dengan keunikannya sendiri. Pada usia ini biasanya anak juga sudah mulai menayakan perbedaan dirinya dengan orang lain, maka perlu kesabaran dan kejelian orang tua untuk menjelaskannya. Hendaknya pada usia dini anak sudah dapat membedakan jenis kelamin dan juga bagin tubuhnya yang bersifat pribadi.
            Pada usia ini anak akan mulai melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar dengan berbicara, sentuhan, bahasa tubuh. Maka orang tua perlu mengajarkan dan anak perlu belajar tetang sentuhan yang nyaman dan yang tidak, serta mengajarkan bagaimana ia harus menolak akan sentuhan yang membuat dia tidak nyaman. Seperti berpelukan, cium, menyentuh bagian pribadi yang dilakukan oleh orang lain, hal ini bukan masalah pelit ataupun sombong namun masalah kemanan diri dari pada anak.
2.      Masa sebelum puber
Pada fase ini anak harus diberitahu apa itu seks. Waktu yang tepat untuk menceritakan kepada anak mengenai hubungan seks merupakan keputusan strategis, bukan keputusan moral. Memberi tanggapan secara langsung, sederhana dan jelas terhadap pertanyaan-pertanyaan mereka. Dalam usia ini maka yang perlu ditegaskan adalah menjelaskan maksud Allah menciptakan seks. Anak juga harus mengetahui fungsi alat kelaminnya. Dengan pengetahuan ini diharapkan anak tidak sembarangan menggunakan alat kelamin tersebut. Tindakan ini akan menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya berbagai hal yang tidak diinginkan, misalnya kehamilan dini.
Anak hendaknya dianjurkan untuk tidak membicarakan topik mengenai seks dengan anak-anak lain, dan dorong anak untuk berbicara terus terang ketika mereka mendengar anak-anak lain menyampaikan informasi yang salah. Namun terlebih dahulu orang tua harus membangun kepercayaan anak terhadap orang tua. Hal ini dilakukan agar anak dapat terbuka dan terus terang dengan tidak cangung atau tidak takut untuk bercerita. Orangtua hendaknya memperjelas pesan-pesan yang merusak dari budaya demi membantu sang anak untuk dapat mengenalinya dan dapat menjaga dirinya sendiri dari godaan yang ada.
3.      Masa puber
Mereka akan memahami perubahan yang terjadi pada tubuh mereka, dan akan dengan tenang menghadapi komentar orang-orang di sekeliling mereka tentang tubuh mereka yang sudah mulai berubah.  Orangtua hendaknya memastikan anak mengetahui apa yang terjadi juga pada lawan jenis mereka sehubungan dengan kondisi pubertas. hal yang wajar jika mereka mengalami rasa suka pada lawan jenis mereka karena hal tersebut adalah hal yang normal dari pertumbuhan mereka. Pada masa pubertas ini adalah awal dari seorang anak berubah menadi dewasa. Pada masa ini orangtua harus dapat mempersiapakan anak untuk menghadapi masa remaja. Sehingga anak memiliki ketegasan pribadi, pengendalian diri, penundaan kepuasana dan berani mengambil keputusan. [9]
4.      Masa remaja
Mulai saatnya orangtua menjelaskan mengenai haid, mimpi  basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Usia Remaja Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Maka orangtua  perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Orangtua hendaknya menjelaskan akibat dari seks bebas dan seks yang belum waktunya ,baik akibat secara psikologi maupun fisik remaja sendiri. Dalam fase ini anak akan mulai menyukai lawan jenis dan memberanikan diri untuk menjalin hubungan. Maka orang tua perlu menamakan masalah kencan yang sehat, pacaran yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, memberikan pengertian tentang berrelasi, memberitahu bahwa seks bukanlah segalanya dan bukan tujuan hidup manusia, mengajarkan anak bertanggung jawab, cara berpakain yang sopan dan pantas, mengenali kemungkinan bahaya-bahaya yang ada ataupun yang mengancam dirinya. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks. Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, orangtua hendaknya melindungi anak-anak sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.

D.    Metode dalam Pendidikan Seks Anak
materi pendidikan seks perlu disampaikan dalam suasana hangat keluarga, memberikan informasi yang benar dan ilmiah, mengkomunikasikan dengan bahasa sederhana agar anak paham.  Buat perbincangan sebagai sesuatu yang normal dan rutin, sehingga anak pun akan merasa bahwa pembahasan mengenai seks adalah biasa saja, bukan sesuatu yang spesial. Gunakan kesempatan ketika menonton televisi, membaca buku, dan berbagai situasi harian lainnya.
Dapat juga berupa gambar anatomi dalam bentuk kartun, beri tahu nama sesungguhnya, vagina atau penis. Setelah itu beri tahu anatomi biologi tubuh manusia. Bercerita adalah alat pengajaran yang paling tepat dan kuat. Selain bercerita metode-metode dan alat-alat yang dipergunakan adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, overhead projektor, film, magnetic panel.[10] Bila anak bertanya lebih lanjut, orangtua dapat menjelaskan melalui buku yang benar seperti ensiklopedi. Jika orangtua tetap tidak bisa menjawab maka orang tua perlu menunda dan berjanji akan memberikan informasi yang tepat.[11]

E.     Pandangan Biblika tentang Pendidikan Seks

             Sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa, kehidupan seks merupakan berkat Allah yang sempurna. Keadaan ini berubah ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Memiliki keturunan harus disertai dengan berbagai kesakitan. Hubungan antara laki-laki dan perempuan pun mengalami perubahan. Mereka tidak lagi menjadi pasangan yang sepadan (Kej 3:16). Kerusakan ini terus berlanjut pada jaman Lamekh (Kej 4:19, 23-24), Nuh (Kej 9:21-29), Lot (Kej 19:4-5, 30-38), bahkan sampai hari ini. Alkitab memerintahkan “Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (1Kor 6:18 ). Paulus menulis, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, (1Tes 4:3 )salomo menuliskan bahwa hubungan seks hanya dilakukan dalam ikatan perkawinan (amsal 5:3-20) dan kemudian memperingatkan bahwa Allah melihat semua perbuatan manusia dan “ orang fasik tertangkap dalam kejahatannya” (5:21,22). “ jauhkanlah jalanmu daripada dia,” Salomo mempertingatkan “dan janganlah menghampiri pintu rumahnya”(5:8).[12]
Kebiasaan orang yahudi ataupun orang israel adalah memberikan pendidikan kepada anak mereka dirumah. Kebasaan ini bukanlah secara tidak sengaja namun suatu perintah dari pada Allah. Di dalam ulangan 6:7 “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.” Hal ini sangat jelas bahwa ajaran mengeani pendidikan seks pun harus diajarkan kepada anak-anak mereka dirumah secara terus menerus. Berbicara mengenai skala berapa kali harus membicarakannya sangat jelas dijelaskan diajarkan secara berulang-ulang, berkali-kali selahi masih ada kesempatan untuk mengajarkan kepada anak. Didalam amsal 5:1-23 adalah nasehat penulis Amsal kepada anak-anak ataupun keturunan dan generasi penerus mereka. Penulis kitab amsal ini memberikan nasehat kepada anaknya untuk menjauhkan diri dari percabulan, maupun perzinahan. Penulis Amsal sangat tegas memberikan nasehatnya. Orang tualah yang memiliki kwajiban untuk memberikan pendidikan yang tepat kepada anak termsuk dalam pendidikan seksnya.

Bab III
Kesimpulan dan Penutup

          Seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan kepada anak. Pendidikan seks yang diberikan sejak dini adalah penting dalam tumbuh kembang anak. Pengertian anak mengenai seks dapat dibagi menjadi beberapa tahap, sehingga membicarakan seks dengan anak harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan tersebut. Tidak semua anak memiliki cara ataupun metode yang sama dalam memberikan pendidikan seks, pendampingan atau pendidikan yang diberikan harusnya sesuai dengan tingkat daya serap anak Metode yang tepat akan membuat anak menjadi nyaman dan semakin paham. Pendidikan seks mengajarkan anak meneganai tujuan Allah menciptakan tubuh dan maksud Allah mencipatakan seks. Dengan memberikan pendidikan seks yang tepat maka akan mencegah anak terjerumus seks bebas ataupun melakukan seks sebelum waktunya. Dengan didasarkan pandangan biblika maka dengan jelas bahwa Allah sendiri menghendaki anak diberikan pengertian dan pendidikan seks yang tepat dari orangtuanya. 



DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.l.ch. Seksualitas dan Pendidikan Seksual. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Andika, Alya. Ibu dari Mana Aku Lahir. Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010.
http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-seks-sex-education/
Muhajir, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan. Yogyakarta : Yudistira, __
Ronosulistiyo Hanny & Seto Mulyadi, Ketika Anak Bertanya Seks. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000.
Stand dan Brenna Jones, “Bagaimana dan Kapan Memberi Tahu Anak Anda mengenai Seks” .Surabaya: Momentum, 2012.
Supeno, Hadi Kriminalisasi Anak: tawaran Gagasan radikal peradilan anak tanpa Pemidanaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.
White, Jerry. Kejujuran, Moral dan Hati Nurani.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.






                [1]http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua
                [2]Hadi Supeno, “Kriminalisasi Anak: tawaran Gagasan radikal peradilan anak tanpa Pemidanaan”, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010) 145
                [3]Stand dan Brenna Jones, “Bagaimana dan Kapan Memberi Tahu Anak Anda mengenai Seks” (Surabaya: Momentum, 2012) 11
                [4]http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-seks-sex-education/
[5]J.l.ch. Abineno, Seksualitas dan Pendidikan Seksual (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002) 33
[6]Paul gunaldi, http://telaga.org/audio/pendidikan_seks_dalam_keluarga              
[7]Hanny Ronosulistiyo & Seto Mulyadi, Ketika Anak Bertanya Seks,  (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000 ) 5
[9] Stand, Brenna Jones, Bagaimana dan Kapan Memberitahu Anak Anda Mengenai Seks, _______ 13
[10]Muhajir, Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (Yogyakarta : Yudistira, __) 98
[11]Alya Andika, Ibu dari Mana Aku Lahir, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010) 34
[12]Jerry white , Kejujuran, Moral dan Hati Nurani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 166

Rabu, 03 September 2014

Eskatologi dalam Kitab Daniel dan Signifikansinya bagi Suku-suku di Indonesia



BAB I
Pendahuluan

          eskatologi dalam pembahasan ini adalah suatu masa dimana di dahului oleh zaman akhir dan diakhiri dengan akhir zaman.  Banyak hal yang terjadi pada waktu sebelum ataupun menjelang dan kejadian pada akhir dari pada zaman.  Beberapa orang merasa takut untuk melalui akhir zaman. Mereka merasa tidak siap akan akhir zaman yang mnegerikan dan tidak mau merasakan akhir zaman.  Namun sebagai orang kristen seharusnya menanti kedatangan Yesus kedua kalinya (masa eskatologis) dengan penuh harap dan penuh iman percaya.
            Bukan hanya agama kristen ataupun pengajaran kristen saja yang percaya akan eskatologis. Namun jika meninjau beberpaa suku di Indonesia maka akan ditemukan konsep eskatologis yang ada dan menjadi suatu kepercayaan agama suku tersebut. Kepercayaan yang sangat beragam. Hingga tidak menutup kemungkinan adanya konsep yang hampir sama dengan salah satu suku di Indonesia.
            Maka dalam paper ini akan memabahas bagaiaman konsep eskatologis dalam kitab Daniel dan juga kepentingganya bagi suku-suku di Indonesia. Suku-suku yang akan di bahas adalah suku Jawa, Batak dan juga suku Bali.








 BAB II
 

Definisi Akhir Zaman/ Eskatologi
            Apa itu "eskatologi"? Eskatologi adalah berasal dari bahasa Yunani dari kata ἔσχατος, Eschatos yang berarti "terakhir" dan -logi yang berarti "studi tentang". Jadi, secara hurufiah eskatologi berarti "ilmu yang mempelajari tentang akhir zaman". 
            Menurut timotius subekti dalam  bukunya mendefinisikan akhir zaman sebagai “zaman yang gelap ; dan bila mana kita ingin tetap menjadi anka terang  atau anaksiang , maka perlulah kitamemiliki Firman nubuat sebagai perelngkapan senjata terang”[1]. Bagi orang percaya pada akhir Zaman, penegnapan nubuat Firman Allah menjadi dasar kekuatan untuk mempercayaai Firman Nubuat yang akan digenapi.
            Kitab Daniel merupakan kitab yang mempunyai unsur-unsur apokaliptik yang di mana hal yang bersifat apokaliptik. Dalam Alkitab juga ada selain Kitab Daniel itu sendiri, yaitu Wahyu Yohanes yang terdapat di dalam Perjanjian Baru. Yang di mana dalam kitab-kitab yang berisfat apokaliptik ini berisi tentang beberapa ajaran wahyu, yang sering dicampuradukan dengan ungkapan-ungkapan lain, seperti peringatan-peringatan para nabi yang menubuatkan atau yang melihat masa depan, dengan pengalaman-pengalamannya dan malah dengan seluruh kehidupannya, seperti yang dijumpai dalam kitab Daniel serta Wahyu dalam Perjanjian Baru.
Eskatologi Menurut kitab Daniel
             Terdapat berbagai penafsiran mengenai hal-hal yang akan terjadi pada masa menjelang akhir zaman dan hal yang terjadi ketika akhir zaman. Pada bagian ini memfokuskan pada pandangan Daniel mengenai eskatologi, hal-hal yang terjadi pada masa eskatologi.
1.      Perang
           Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia. Untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia harus merebutnya dengan peperangan sekian ratus tahun. Tentu bukan hal yang mudah dan remeh.  Perang sebenarnya telah ada sejak zaman PL. Bangsa Israel merebut tanah perjanjian dengan perang. Namun itu bukanlah akhir zaman. Daniel menjelaskan dalam penglihatannya adanya perang. Maksudnya adalah ketika perang itu berhenti. Berari selagi masih ada perang belum terjadi akhir zaman. Berhentinya perang bukan berarti berakhirnya penderitaan. Perang adalah awal dari pada akhir zaman. Perang berakhir karena Mesias daatang yang ke dua kalinya. Dia sendiri yangakan memerintah dan dia sendirilah yang akan menghakimi setiap manusia.
2.      Antikrist
            Daniel melihat seorang anak manusia , dan itu adalah Yesus Kristus yang turun dengan awan-awan dari langit. Hal ini sama dengan yang di katakan di dalam Kisah Para Rasul 1:11.  Yesus akan menerima kuasa dan kemuliaan sebagai Raja di atas segala raja pada saat kedatanganNya yang ke dua nanti. Kerajaannya adalah kerajaan yang kekal. Setelah kedatangannya dengan para orang kudusnya untuk menghancurkan kerajaan dunia yang dipimpin oleh Antrikris, maka ia mendirikan kerajaan 1000 tahun damai. Ada akhir 1000 tahun itu, iblis akan menyeret manusai untuk melawan Allah, maka Tuhan akan menghancurkannya.
            Dalam Daniel 7:21 dituliskan bahwa tanduk itu akan melawan orang-orang kudus dan mengalahkannya. Jelaslah hal ini menceritakan mengenai aniaya yang akan terjadi terhadap umat Allah. Daniel menyatakan bahwa anti-Kristus akan menduduki Bait Allah yang dibangun kemBali di Yerusalem selama pertengahan masa tujuh tahun dalam Masa Kesukaran dan menyatakan dirinya sebagai Allah (lihat Daniel 9:27, yang akan diselidiki nanti).
            Pada akhir zaman menurut Daniel, akan terjadi suatu penindasan. Bagi mereka orang percaya yang hidup didunia ini.  penindasan bagi orang yang percaya seharusnya dimengerti sebagai ujian dan pemurnian iman mereka. Penganiayaan akan muncul dimana-mana. Mereka menyiksa bukan hanya secara fisik namun secara batin. suatu kengerian yang sepertinya tidak ada ujungnya.  Penindasan ini tidak lebih berbeda dengan adanya antikris. Penindasan yang di alami adalah ujian, alat Allah untuk melakukannya adalah para antikris pada saat itu.  Ketekunan dan kesetiaan melakukan Firman Tuhan adalah kunci pemeliharaan Tuhan.
            Dalam pasal 9 kitabnya, Daniel adalah seorang tawanan di Babel bersama teman-temannya orang Yahudi. Selagi mempelajari kitab Yeremia, Daniel mendapati bahwa rentang waktu penawanan bangsa Yahudi di Babilonia adalah tujuhpuluh tahun (lihat Daniel 9:2; Yeremia 25:11-12). Dengan mengetahui masa tujuhpuluh tahun itu yang hampir selesai, Daniel mulai berdoa, mengaku dosa-dosa bangsanya dan memohon belas-kasihan. Demi menJawab doanya, malaikat Gabriel muncul kepadanya dan mengungkap-kan masa depan bangsa Israel melalui Masa Kesukaran sampai Kristus datang kemBali. Nubuatan dalam Daniel 9:24-27 adalah salah satu nubuatan yang paling mengagumkan dalam Alkitab.
            Pendiri Sekolah Tinggi Theologi Injili Indonesia (STTII), Pdt. Dr. Chris Marantika, Th. D., D. D meyakini bahwa Antikristus benar sebuah figur yang disiapkan untuk masa depan. Figur ini adalah pimpinan ajaran sesat yang mewakili Iblis untuk menyesatkan umat manusia. Ia dipersiapkan dengan baik dan pekerjaannya adalah menyiksa orang-orang yang percaya kepada Yesus. Marantika mengutip Daniel 9:24-27 untuk menunjukkan bagaimana periode kedatangan Mesias dan dilanjutkan oleh kemunculan Antikristus sudah termasuk dalam plot agenda kerja Allah. “Dalam Kitab Wahyu juga ada tentang Antikristus. Ia digambarkan akan muncul dengan kuasa yang mewakili Bapa, Kristus, dan Roh Kudus. Namun, figur ini akan dikalahkan oleh Tuhan.”[2]

3.      Adanya Kebangkitan Tubuh
            Menurut Daniel 12, kematian bukanlah masa akhir dari segalanya. Kematian merupakan awal dari hal yang akan datang. Awal dari ketentuan hidup seseorang. Manusia yang telah mati, yang telha menjadi debu, bukanlah menjadi suatu masalah dalam kebangkitan. Dikatakan bahwa debu akan bangkit, jadi mansuia yang telah menjadi debupun akan dibangkitkan dan tetap dapat diabangkitkan. Setiap manusia akan dibangkitkan oleh Allah. Seorang yang percaya dan taat kepada Allah, ia akan dibangkitkan untuk mendapatkan hidup kekal. Hidup bersama dengan Allah di kerajaanNya. Namun orang yang tidak percaya dan bukan umat pilihannya ia akan dibangkitkan, ia akan dibangkitkan untuk mendaptkan penghukuman kekal. Penghakiman yang akan dialami di neraka yang kelam dan mendapatkan siksaan. 
a.       Hidup kekal.
                 Kehidupan kekal adalah karunia terbesar Allah bagi manusia. Alkitab berkata bahwa hidup kekal di peroleh dimasa yang akan datang setelah kedatangan Tuhan yang kedua. setiap manusia yang telah mati hanya jasad fisik saja, sedang jiwa/roh-nya tetap hidup di dunia akhirat. Kata hidup menunjukkan pada mutu yang berbeda dengan pengertian umum dalam bahasa Indonesia sehari-hari. Pengertian Alkitab tentang hidup yang kekal memuat pemberitaan tentang hidup yang sejati, yang tulen, yang sungguh!
  1. Kematian kekal
      Lembah kematian merupakan lembah terpanjang didunia. Itu dimulai dari Adam dan terus sampai sekarang ini. Kematian menelan semua manusia. Kematian tidak memilih-milih orang. Setiap langkah manusia semakin mendekatkan kepada kematian, dan hanya masalah waktu yang harus mengucapkan selamat tinggal kepada semua yang didunia.
      kematian kekal yaitu suatu kondisi keterpisahan yang bersifat selama-lamanya dengan Allah sumber kehidupan. Setiap manusia pasti tidak dapat menghindar dari kematian rohani dan jasmani. Tawaran untuk terbebas dari kematian kekal diberikan kepada semua orang berdosa. Bagi mereka yang menaruh harapannya melalui iman terhadap Tuhan Yesus, kehidupan kekallah yang akan didapatkan. SeBaliknya, bagi mereka yang menolak untuk percaya kepada-Nya, kematian kekallah yang telah menanti.
      Kematian kekal merupakan akibat dari pada dosa, merupakan upah dosa, kegelapan yang paling dahsyat, lautan api, tempat siksaan yang kekal, hukuman  neraka, kehinaan dan kengerian yang kekal, tempat kebinasaan. 

4.      Waktu Akhir Zaman
            Jika melihat secara langsung di dalam kitab Daniel mulaipada mikael datang. Hal ini sama dengan awal waktu1260 tahun. Dimana akan terjadi penganiayaan yang disebut dengan penganiayaan hari sabat. Demikian juga pada akhir zaman aka nada suatu waktu seruan nyaring peringatan kepada dunia, yang beralangsung selama tiga setengah tahu (Daniel 12:7). Selama 30 hari terakhir dari 1290 hari, tujug malapetaka terakhir akan jatuh (wahy 16). Waktu 1290 hari akan dimulai dengan penganiayaan karena hari sabat dan hukum pengudusan hari minggu secara global.akan ada waktu 1335hari pembebasan dari tekanan dan siksaan.
            Namun seluruh waktu itu tidak ada yang dapat mengetahuinya, waktunya kapan tidak satupun yang tahu. Namun menurut penuli, waktu diatas bukanlah waktu secara harafiah. Itu adalah waktu Tuhan. Waktu tuhan tidak sama dengan waktu manusia. Di dalam  2 Petrus 3:8 mengatakan bahwa “Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.” . Waktu Tuhan bukanlah waktu manusia. Maka penulis setuju dengan pandangan Amileniaslisme.
     Istilah ‘amilenial’ secara harafiah berarti ‘tidak ada milenium’. Penganut amilenialisme merasa, bahwa kata ini merugikan pandangan mereka sebab menyatakan, bahwa mereka yang mengikuti pandangan ini menolak adanya seribu tahun, padahal mereka mengakui adanya seribu tahun. Maka istilah tersebut harus dipahami sebagai tidak ada seribu tahun secara harafiah.
     Paul Enns menjelaskan, bahwa, “kata ‘a’ dalam amilenialisme menegatifkan istilah itu. Jadi amillenialisme berarti tidak akan ada millennium di masa mendatang yang bersifat harafiah. Amilenialisme tidak menyangkali kemBalinya Kristus secara harafiah, tetapi mereka menolak pemerintahan Kristus selama seribu tahun di dunia ini secara harafiah.”
     Sedangkan menurut Ryrie, “Amilenialisme adalah suatu pandangan mengenai akhir zaman yang berpendapat, bahwa kerajaan seribu tahun itu tidak ada sebelum dunia berakhir. Sampai akhir dunia ini hanya ada satu perkembangan paralel, baik kebaikan dan kejahatan, Kerajaan Allah dan Setan. Sesudah kedatangan Kristus kedua kali pada akhir zaman ada kebangkitan secara umum dan penghakiman untuk seluruh manusia secara umum.”[3]


5.      Bersifat Tersebunyi
            Waktu eskatologi tidak ada yang dapat  mengetahaui, Daniel pun yang mendapatkan penghlihatan tidak dapat mengetahuinya. Tidak ada satupun manusia yang dpaat mengetahui. Pada saat ini ada ada bebrapa orang yang berusaha menafsirkan dan mencari tahu waktu yang sebenarnya tentang akhir zaman. Namun sampai sekarang tidak dapat yang menemukan. Ada yang menafsirkan tanggalnya, waktunya, seperti yang terjadi di amerika , namun ketika pada hari H tidak terjadi akhir zaman.  Bahkan Danielpun menjelaskan ketidak tahuinya di dalam pasal 12.

6.      Turunnya Mesias
             Penghakiman Yesus adalah suatu hari yang besar yang merupakan hari terakhir dunia ini, yang diawali dengan terjadinya kiamat lalu kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali dan kebangkitan orang-orang mati untuk menerima Pengadilan Terakhir atas segala perbuatannya pada saat masih hidup di dunia ini. Hari Penghakiman Yesus ini juga merupakan salah satu dasar keimanan umat Kristiani, yang bukan hanya diilhami oleh rasul-rasul Kristus (murid-murid Yesus), tetapi hari Penghakiman Yesus ini menjadi hari nubuatan yang sangat di tunggu-tunggu oleh para nabi-nabi sebelum Yesus Kristus (di dalam Perjanjian Lama). Dan saat ini bukan hanya umat Kristiani saja, namun umat Yahudipun menungggu akhir penggenapan hari Penghakiman akhir ini.[4]
Kedatangan mesiassu yang ke dua kalinya sudah di nanrtikan oleh umat manusia terutam abgi umat Kristen. Kata "Mesias" berasal dari kata Ibrani yang berarti "Yang Diurapi"; istilah "Kristus" berasal dari kata Yunani yang memiliki arti yang sama. Kedatangan mesias adalahakhir dari dunia ini. Dia datang bersama dengan orang pilihannya yang telahbersama nya. Ia datang tidak sendirian saja. Tetapi diabersama dengan umatnya, orang suci-Nya , Daniel menyebut mereka sebagai orang-orang yang bijak. Mereka bercahaya seperti cahaya cakrawala, mereka lah yang akan mneuntun umat manusia kepada jalan kebenaran. Menuju kepada kebenaran yang sejati yaitu kepada Allah. Mereka akan memerintah padamasanya.
             




BAB III
Efek dari Pemberitaan Akhir Zaman
Dengan pemberitaan akhir zaman maka umat Allah mejadi lebih berwaspada , menjaga kekudusan hidup. karena akhir zaman tidak diketahui kwaktunya, tidak ada seorang pun yang mengetahui waktunya, hanya Allah yang mengetahui waktunya. Siap sedia dan berjaga-jaga adalah hal yang harus dilakukan oleh umat Allah yang percaya kepada-Nya. Akhir zaman bukanlah ketakutan yang harus ditakuti olehumat pilihan Allah. Karena umat Allah akan di angkat dan mendapatkan hadiah atas kesetiaannya kepada Allah. Mempersiapkan hidup yang benar dihadapan Tuhan. Waspada akan para pengajaran sesat yang ada di sekitar. Banyak pnegajar sesat yang sebanrnya pada awalnya berasal dari pada orang dalam atau sekte kekristenan. Maka inilah yang paling sulit untuk di waspadai dan sulit untuk di deteksi.
Ada beberapa temapt yang tidak terjangkau dengan Injil. Maka disini diperlukan misi, penjangkauan injil kepada suku-suku terabaikan di Indonesia. Seperti halnya Daniel dan umat pilihan Allah yang dibuang di Babel. Babel dapat dikatakan suku yang terabaikan yang ada pada saat itu. Maka Allah memakai umat pilihan-Nya untuk memberitahukan bagaimana akhir zaman kepada mereka yang ada di babel. Akhir Zaman tidaklah seorangpun mengetahinya. Namun Daniel mendapatkan penglihatan dari pada Allah untuk mengetahui akhirnya. Dengan kehidupan yang divergen dengan kehidupan orang babel maka Daniel lebih mudah memasukan kebenaran di dalam babel, dan dengan demikian Daniel dapat memberitahukan bahawa dunia ada akhirnya, semua yang ada di dunia akan berakhir.
Orang pilihan Allah yang disiksa dan di tindas di babel bahka yang mati akan bangkit kemBali pada akhir zaman kelak. Namun orang yang tidak percaya akan dibangkitkan untuk mendapatkan penghukuman kekal. Begitu pula dengan suku-suku yang terabaikan yang ada di Indonesia. Diperlukan misi khusus untuk dapat masuk kedalamnya. Bukan melalui pemberitaan secara langsung namun melalui tingkah laku yang berbeda maka mereka akan melihat kehidupan orang percaya di tengah-tengah mereka. Dengan memberitakan bahwa semua akan berakhir. Keberakhiran dunia bukan berakhir begitu saja namun akan ada kebangkitan sesudah akhir zaman. Diperlukan iman yang kuat untuk memberitakan akhir zaman kepada mereka. Karena akan banyak ancaman dan penganiayaan yang akan mereka alami ketika mereka memiliki iman yang teguh. Peran orang percaya adalah saling menguatkan sampai pada akhirnya.
BAB IV
Signifikansinya  (Kepentingan ) Bagi Suku-Suku di Indonesia
Indonesia terdiri dari berbagai suku dan bangsa. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil sensus penduduk terakhir 2010, diketahui bahwa Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa. Jumlah yang fantastis dari segi jumlah. Dapat dibayangkan betapa keaneka-ragaman suku bangsa di Indonesia. Belum semua orang ataupun suku yang ada di Indonesia terjamah oleh Injil. Disetiap suku memiliki kepercayaan mengenai akhir dari pada zaman atau yag disebut dengan akhir zaman. Beberapa suku tersebut adalah

1.      Jawa
            Ramalan adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana. Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang zaman baru, zaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan zaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit. Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya.
Dalam pemahaman masyarakat tradisionil persepsi tentang Ratu Adil sering digambarkan sebagai sosok pemimpin penyelamat pembawa keadilan, kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana menjadi tumpuhan harapan rakyat. Impian datangnya kepemimpinan Ratu Adil biasanya terjadi masyarakat yang lagi galau dilanda krisis kepemimpian dan krisis multidimensional lainnya yang sedang terjadi di masyarakat tersebut.[5] Masyarakat Jawa terutama yang menganut agama ataupun kepercayaan kejawen masih percaya dan masih sangat kental. Pengahrapan ini sangat dinanti-nantikan untuk membebaskan orang Jawa dari kejahatan, yangakan menghakimi dan mengadili yang salah dengan sangat adil. datangnya Ratu Adil yang diharapkan mampu mengatasi krisis tersebut, sekaligus bisa membawa perbaikan kehidupan.
Kedatangan mesias saama halnya dengan kedatangan ratu adil bagi orang Jawa. Terlebih lagi dengan pernytaan bahwa “Ratu iku luwih mlarat, datan mawi sangu amung sadremi, mung semende mring Hyang Agung, tan ana janma wikan, pan kasandang kasampar-sandung tan weruh, pudak sinumpet punika, timbule kang tunjung putih” Karena memiliki konsep hampir sama, maka akan mudah bagi misonaris ataupun penginjilan bagi suku Jawa, yang masih percaya akan datangnya Ratu adil, terutama bagi orang Jawa yang kuno / kejawen.

2.      Suku Batak
Suku Batak pada awalnya sudah memiliki agama suku yaitu Agama Malim. kepercayaan agama Malim membagi dunia atau alam yang dilalui manusia menjadi dua, yaitu “dunia masa kini” dan “dunia masa depan”. Dunia masa kini adalah suatu dunia yang sedang dijalani manusia atau kehidupan duniawi. Sementara dunia masa depan merupakan kehidupan setelah manusia mati atau kehidupan akhirat yang dalam agama Malim disebut ari paruhuman (hari pengadilan). Agama Malim meyakini bahwa kehidupan dunia adalah sementara sedangkan kehidupan setelah mati adalah kekal. Kehidupan manusia di dunia tidak semata-mata untuk beraktivitas memenuhi kebutuhan dan kenikmatan dunia. Melainkan juga untuk mencari bekal untuk kebahagiaan kehidupan ruhani (tondi), karena kehidupan setelah mati pasti akan datang. Selain itu karena selama di dunia manusia tidak lepas dari masalah, maka mereka diharuskan berserah diri dan mengikuti aturan dari Debata. Agama Malim mempercayai bahwa sebelum manusia tiba di alam akhirat (ari paruhuman), maka setelah mati terlebih dahulu ruhnya akan ditanyai oleh pesuruh Debata sebelum ia sampai di dua tempat yang dituju setelah mati. Tempat tersebut adalah huta hamatean (neraka) dan huta hangoluan (surga). Meski tidak dijelaskan secara pasti namun mereka meyakini bahwa manusia tidak dapat mengelak dari hal tersebut. Keyakinan akan adanya akhirat ini bersumber dari salah satu bunyi doa-doa yang di dalamnya menyiratkan masih adanya kehidupan setelah manusia mati dan kehidupan yang dimaksud adalah “kehidupan ruh”. Bila diartikan doa-doa tersebut berbunyi sebagai berikut (Ibrahim, 2010: 111)
“tidak bolehmempunyai niat ataupun berperilaku yang dilarang oleh ajaran Debata. Manusia mempunyai sesuatu pengharapan sepadan dengan kepatuhan mereka dalam mengamalkan ajaran Debata. Mereka bakal mendapatkan kebahagiaan kehidupan ruh di Banua Ginjang yang jelas berbeda kenikmatannya dibandingkan dengan yang ada di dunia sekarang” Berkaitan dengan adanya “hari pengadilan” juga agama Malim mengajarkan agar penganutnya mempercayai dan mempersiapkan diri sebelum mati dan sebelum kiamat datang. Persiapan yang dimaksud adalah dengan menuruti segala perintah Debata dan menjauhi segala larangan-Nya serta memperbanyak amal kebajikan, bersyukur, memuji Debata sesuai perintah Debata dan para Malim.
            Perbanadingannya adalah suku Batak yang menganut Agama Malim, percaya adanya tuhan yang akan menghakimi dengan keadilannya. Maka peran seorang misionaris tinggal meluruskan pengajaran mereka. Penginjil juga harus mengautkan iman mereka untuk tetap berpegang teguh akan iman mereka kepada Yesus, karena ia lah yang akan datang yang akan memberikan pengharapan dimasa depan, masa setelah kematian.

3.      Suku Bali
Agama suku Bali adalah agama hindu, hindu telah menjadi agama suku yang kental dan tetap bertahan samapi saat ini. Istilah kiamat memang tidak dijumpai dalam ajaran Hindu, karena memang itu bukan bahasa Sansekerta, bahasa yang dipakai dalam ajaran Hindu. Namun, yang sejajar dengan konsep kiamat adalah konsep pralina atau pralaya yang ada dalam kitab-kitab Purana. Dalam kitab-kitab Purana, utpati, sthiti dan pralina dibahas secara khusus. Memang terdapat sedikit perbedaan antara Purana satu dan Purana lainnya mengenai konsep ini. Namun, secara umum menyangkut hal-hal yang substansial tentang pralaya, semua Purana isinya sama, bahwa semua ciptaan Tuhan ini kena hukum TRI KONA yaitu utpati, sthiti dan pralina itu.
Empat Konsep Pralaya
Konsep pralaya dalam Wisnu dan Brahma Purana ada dinyatakan empat konsep pralaya yaitu:

* Nitya Pralaya yaitu proses kematian yang terjadi setiap hari dari semua makhluk hidup. Bahkan dalam diri manusia pun setiap detik ada sel tubuhnya yang mati dan diganti dengan sel baru. Sel tubuh manusia terjadi utpati, sthiti dan pralina.

*Naimitika pralaya adalah pralaya yang terjadi dalam satu periode manu. Menurut pandangan ini akan terjadi pralaya terbatas dalam setiap akhir manwantara. Ini artinya akan terjadi 14 kali naimitika pralaya atau kiamat terbatas atau kehancuran alam secara terbatas.

* Prakrtika Pralaya yaitu terjadinya pralaya secara total setelah manwantara ke-14. Saat terjadinya Prakrtika Pralaya, seluruh alam semesta beserta isinya lenyap dan kemBali pada Brahman atau Tuhan Yang Mahaesa dalam waktu yang panjang atau satu malamnya Brahma. Setelah itu akan terjadi penciptaan lagi dan memulai dengan manwantara pertama lagi. Prakrtika Pralaya inilah yang mungkin identik dengan konsep kiamat menurut kepercayaan lainnya. Karena, semua unsur alam dengan segala isinya kemBali pada Brahman. Menurut keyakinan Hindu, hanya Tuhanlah yang kekal abadi. Tapi gambaran dan keadaan mahapralaya sangat berbeda dengan gambaran dan keadaan hari Kiamat. Hari Kiamat digambarkan sebagai kehancuran dasyat yang membawa siksa dan penderitaan tiada taranya bagi manusia. Mahapralaya digambar dengan sangat berbeda: Brahman adalah kebahagian; sebab dari kebahagiaan semua mahluk hidup, dalam kebahagiaan mereka semua hidup, dan ke dalam kebahagiaan mereka semua kemBali”!. (Tattiriya Upanishad). Seperti seorang meninggal dengan tenang pada usia tua.[6]
Sebenarnya menurut agama suku Bali,percaya aka nada masanya seluruh alama semesta akan lenyap dan akan kemBali kepada Tuhan. Jika mengkritisi agama suku ini maka di dapatkan beberapa hal yang kurang tepat menurut perspektif kitab Daniel. Dalam agama suku Bali, ketika smeua lenyap maka smeuanya kemBali kepada Brahma yang mereka yakini sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada konsep penghakiman atau konsep neraka. Neraka bagi mereka ada ketika seseorang mengreinkarnasi diri menjadi lebih buruk, contohnya reinkarnasi menajdi babi. Konsep ini sangat jelas salah, krena masih banyak mansuia yang ada di dunia ini melakuakn kesalahan ataupun dosa yang fatal, yang merugikan orang lain.
Roh manusia yang hanya percaya dan yang merupakan umat pilihan Allah saja yang akan kemBali kepada Allah untuk menikamati hidup kekal bersamanya di surga. Bagi mereka yang bukan umat pilihannya maka ia akan mendapatkan neraka kekal ataupun penghukuman kekal.